Bar di mal Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, telah menjadi pusat perhatian setelah dugaan adanya pesta LGBT yang diadakan di tempat tersebut. Kontroversi ini berujung pada penutupan operasional permanen dari bar tersebut setelah mendapat protes keras dari warga sekitar.
Dugaan Pesta LGBT yang Memicu Kontroversi
Peristiwa kontroversial ini terjadi pada malam pergantian tahun, tepatnya pada 31 Desember 2024 hingga 1 Januari 2025. Warga sekitar mulai merasa resah dengan adanya isu prostitusi dan dugaan pesta LGBT yang terjadi di bar tersebut. Protes dari warga terus meningkat dalam dua bulan terakhir, hingga akhirnya bar tersebut ditutup operasional pada tanggal 1 Januari.
Protes Warga dan Penutupan Operasional
Lurah Grogol Utara, M Rasyid Darwis, mengungkapkan bahwa penutupan operasional tersebut dilakukan setelah adanya protes keras dari warga terkait kegiatan di bar yang viral di media sosial. Pihak manajemen mal akhirnya memutuskan untuk menutup bar tersebut secara permanen setelah mediasi di tingkat kecamatan.
Warga yang mendatangi lokasi pada malam pergantian tahun berhasil membubarkan tamu-tamu di bar tanpa terjadi kekerasan. Pemilik bar pun akhirnya mengeluarkan pernyataan untuk menutup tempat tersebut, sehingga penutupan operasional pun dilakukan.
Penyelidikan Polisi dan Tanggapan Masyarakat
Kasie Humas Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Nurma Dewi, menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada laporan resmi terkait dugaan prostitusi atau pesta LGBT di bar tersebut. Meskipun demikian, pihak kepolisian sudah turun ke lapangan untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai permasalahan yang terjadi.
Masyarakat sekitar merespon positif atas penutupan operasional bar tersebut dan menganggap tindakan tersebut sebagai langkah yang tepat untuk menjaga ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitar.
Kesimpulan
Kontroversi mengenai dugaan pesta LGBT di bar Permata Hijau telah berakhir dengan penutupan operasional permanen dari tempat tersebut. Tindakan ini diambil setelah adanya protes keras dari warga sekitar dan mediasi di tingkat kecamatan. Meskipun belum ada laporan resmi terkait dugaan prostitusi atau pesta LGBT, penutupan operasional tersebut dianggap sebagai langkah yang tepat untuk menjaga ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitar.