Kemiskinan ekstrem dan stunting masih menjadi masalah serius di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan di NTT mencapai 19,48% pada Maret 2024, menjadikannya salah satu dari tiga provinsi dengan kemiskinan tertinggi di Indonesia. Selain itu, tingkat stunting di NTT juga sangat tinggi, mencapai 37%. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) dan berbagai lembaga terkait menginisiasi program kolaboratif.
Rapat Koordinasi Khusus
Pada Senin (13/1/2025), Kemendukbangga menggelar rapat koordinasi khusus dengan Pemerintah Provinsi NTT, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta Badan Gizi Nasional. Dua perguruan tinggi, Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang, juga turut serta dalam upaya ini.
Sinergi Antarinstansi
Mendukbangga Wihaji menekankan pentingnya sinergi antarinstansi dalam mengatasi masalah kemiskinan dan stunting. Kolaborasi antar lembaga menjadi kunci utama dalam menyelesaikan permasalahan ini. Data kependudukan akan dimanfaatkan secara optimal untuk menangani stunting, terutama di NTT.
Program Penanggulangan
Upaya penanggulangan kemiskinan dan stunting di NTT akan difokuskan pada pendekatan berbasis data riil per keluarga. Program ini juga akan memprioritaskan penguatan ketahanan pangan lokal melalui diversifikasi pangan dan pemberdayaan UMKM berbasis komunitas. Diversifikasi pangan seperti kelor, jagung, dan sorgum akan menjadi fokus utama untuk menciptakan kemandirian ekonomi.
Inisiatif Pembangunan
Kemendukbangga bersama UB dan UMM mengembangkan berbagai inisiatif seperti program Bangga Kencana, pendewasaan usia perkawinan, dan pengaturan jarak kelahiran. Untuk mendukung ketahanan pangan, direncanakan penanaman benih jagung Nusa Timore di lahan 10.000 hektare setiap tahun, pengembangan beras analog berbasis jagung dan sorgum, serta pembentukan klaster UMKM olahan pangan lokal.
Program Quick Wins
Program quick wins yang diusung antara lain Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Anak (Tamasya), Gerakan Ayah Teladan (Gate), Lansia Berdaya, dan aplikasi Super Apps berbasis kecerdasan buatan. Kelima program ini menjadi prioritas dalam implementasi program untuk mengatasi kemiskinan dan stunting di NTT.
Harapan Masa Depan
Melalui kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat, diharapkan permasalahan kemiskinan dan stunting di NTT dapat diatasi secara berkelanjutan. Optimalisasi data demografi dan penguatan potensi lokal menjadi harapan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.