Di tengah isu global tentang keberlanjutan lingkungan, Ketua Bidang Agriculture Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI), Ato Ismail, memberikan dukungan terhadap wacana pemanfaatan 20 juta hektar hutan untuk cadangan pangan, energi, dan air. Inisiatif ini bertujuan untuk mencapai swasembada pangan dan energi, yang menjadi fokus utama Presiden Prabowo Subianto.
Potensi Luas Hutan di Indonesia
Menurut Ato’, Indonesia masih memiliki luas hutan yang signifikan. Pada akhir tahun 2023, luas hutan di Indonesia mencapai 125 juta hektar. Hal ini membuka peluang besar untuk memanfaatkan lahan hutan sebagai cadangan pangan dan energi.
Seminar Swasembada Pangan MN KAHMI
Pada Jumat, 31 Januari 2025, MN KAHMI menggelar Seminar Swasembada Pangan yang dihadiri oleh berbagai pembicara terkemuka. Wakil Menteri Transmigrasi, Viva Yoga Mauladi, menjadi Keynote Speaker dalam acara tersebut. Selain itu, hadir pula Presidium MN KAHMI Abdullah Puteh, anggota Komisi IV DPR Rokhmin Dahuri MS, Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB Sofyan Sjaf, dan Andaru Fadhil Aulia dari BNI.
Manfaat Pembukaan Lahan Hutan
Ato’ menjelaskan bahwa pembukaan lahan hutan berpotensi menciptakan 10 juta lapangan pekerjaan baru melalui program hilirisasi agrobisnis. Selain itu, kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga Rp20.000 triliun dan menghasilkan Rp1.000 triliun dalam bentuk pajak bagi negara.
Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia
Lebih lanjut, Ato’ menekankan potensi Indonesia sebagai lumbung pangan dan agrobisnis dunia. Untuk mengatasi kehilangan luas sawah sebesar 90.000 hektare per tahun, ia merujuk pada pembukaan lahan sawah baru yang dikelola oleh perusahaan swasta dengan subsidi terbatas, sejalan dengan dukungan terhadap petani.
Deforestasi dan Investasi Kelapa Sawit
Menyoroti isu deforestasi, Ato’ menegaskan bahwa anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Ia mengutip pernyataan seorang Dekan Fakultas Kehutanan IPB yang menyebut bahwa tanaman kelapa sawit mampu menyerap 57,2 ton karbon dioksida ekuivalen per hektare per tahun. Investasi kelapa sawit juga memiliki dampak positif dalam menjaga stabilitas perekonomian daerah, termasuk peningkatan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi lokal.
Rekomendasi dan Alokasi APBN
Sebagai rekomendasi, Ato’ mengusulkan alokasi 15% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk program swasembada pangan dan energi. Ia juga menekankan pentingnya pemanfaatan sumber daya alam yang melibatkan pengusaha dan pekerja lokal, serta pelaku usaha kecil dan menengah untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dukungan dari Mantan Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan
Mantan Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Jafar Hafsah, juga turut mendukung pembukaan lahan hutan untuk pertanian. Menurutnya, lahan pertanian di Indonesia semakin berkurang setiap tahunnya, sehingga langkah pembukaan lahan hutan menjadi solusi yang perlu diperhatikan.
Kesimpulan
Dukungan dari berbagai pihak, termasuk MN KAHMI dan mantan pejabat pemerintah, menunjukkan urgensi dan pentingnya pemanfaatan potensi hutan Indonesia untuk keberlanjutan pangan dan energi. Langkah-langkah konkret dan kolaborasi antarstakeholder diharapkan dapat mempercepat pencapaian swasembada pangan dan energi serta memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.