Surat edaran tentang panduan makan bergizi gratis di lingkungan pesantren yang diterbitkan Kementerian Agama (Kemenag) mendapat kritik dari Mahfud MD. Dalam panduan tersebut, Kemenag menuliskan 14 poin tentang etika makan dan minum yang dinilai terlalu berlebihan oleh Mahfud MD.
Kritik Mahfud MD terhadap Panduan Makan Bergizi Gratis
Salah satu poin yang dikritik oleh Mahfud MD adalah poin ke-9 yang menyebutkan tentang makan menggunakan tiga jari. Selain itu, larangan mencaci makanan dan larangan bernapas di dalam bejana juga menjadi sorotan kritik Mahfud MD. Menurutnya, panduan tersebut terlalu membatasi dan tidak mempertimbangkan keberagaman cara masyarakat dalam makan dan minum.
Dalil tentang Memudahkan dalam Menjalankan Syariat Agama
Mahfud MD juga mengutip dalil yang menyatakan pentingnya memudahkan dalam menjalankan syariat agama. Dalam agama Islam, dijelaskan bahwa umat muslim harus mempermudah dalam beragama dan tidak mempersulit. Hal ini sejalan dengan prinsip keberagaman dan fleksibilitas dalam beribadah.
يسروا ولا تعسروا، وبشروا ولا تنفروا.
Artinya, ”Permudahlah dalam beragama, jangan persulit, berikan kabar gembira, dan jangan membuat orang berpaling dari agama.”
Reaksi Netizen terhadap Kritik Mahfud MD
Kritikan Mahfud MD terhadap panduan makan bergizi gratis juga menimbulkan pro kontra di kalangan netizen. Beberapa setuju dengan pendapat Mahfud MD bahwa dalam agama tidak boleh dipersulit, sementara yang lain merasa bahwa panduan tersebut sesuai dengan ajaran agama Islam.
Beberapa netizen menyarankan agar panduan tersebut disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat dan tidak terlalu membatasi. Mereka juga menekankan pentingnya memahami bahwa setiap individu memiliki cara tersendiri dalam makan dan minum.
Kesimpulan
Dalam konteks panduan makan bergizi gratis di lingkungan pesantren, penting untuk memperhatikan keberagaman cara masyarakat dalam makan dan minum. Memahami prinsip memudahkan dalam menjalankan syariat agama juga menjadi kunci dalam menyusun panduan yang inklusif dan dapat diterima oleh semua kalangan.
Dengan demikian, kritik Mahfud MD terhadap panduan tersebut menjadi pengingat akan pentingnya menghormati perbedaan dan menjaga kebebasan individu dalam menjalankan ibadah.