Ketua Dewan Ekonomi Nasional Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa NU harus memimpin upaya perdamaian di Timur Tengah. NU memiliki potensi besar dalam ikhtiar mengatasi konflik di wilayah tersebut.
Potensi NU dalam Mengatasi Konflik
NU telah aktif di berbagai forum global untuk menyuarakan perdamaian dunia. Mulai dari Konferensi Islam Asia Afrika pada tahun 1965 hingga kerja sama pada G20 atas Religion of Twenty (R20), NU telah terlibat secara aktif.
Peran PBNU dalam Mendorong Perdamaian
Ketua Dewan Ekonomi Nasional Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, menekankan bahwa PBNU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia dan dunia harus memimpin upaya perdamaian di Timur Tengah. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan humanitarian Islam dan lintas agama.
Dampak Konflik Timur Tengah terhadap Ekonomi Indonesia
Luhut juga mencatat bahwa konflik di Timur Tengah berpotensi memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekspor Indonesia dapat mengalami penurunan akibat perlambatan ekonomi global, sedangkan impor meningkat seiring dengan kenaikan harga komoditas.
Tantangan Ekonomi Dunia dan Perdamaian di Timur Tengah
Di tengah berbagai tantangan ekonomi global, termasuk dampak perang di Timur Tengah, Luhut menegaskan bahwa ekonomi dunia tidak bisa menanggung beban yang lebih besar lagi dari konflik tersebut. Penyelesaian perang yang lama dan potensi meluasnya skala perang di wilayah tersebut berdampak signifikan tidak hanya terhadap ekonomi yang terlibat, tetapi juga ekonomi dunia secara keseluruhan.
Kesimpulan
NU memiliki peran penting dalam menjaga perdamaian di Timur Tengah. Dengan potensi besar yang dimiliki, NU dapat menjadi pemimpin dalam upaya perdamaian di wilayah tersebut. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat Indonesia, akan memperkuat posisi NU dalam mengatasi konflik dan mempromosikan perdamaian di Timur Tengah.
