BRICS, singkatan dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, merupakan kelompok negara-negara berkembang terdepan di dunia. Mereka telah meningkatkan upaya untuk mengurangi ketergantungan mereka pada mata uang Barat dalam perdagangan bilateral untuk beberapa tahun terakhir. Namun, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengklaim bahwa mereka tidak akan dapat menemukan pengganti dolar AS, bahkan jika mereka mencoba.
Perdebatan Seputar Penggantian Dolar AS
Anggota BRICS, termasuk Rusia, China, dan India, semakin beralih menggunakan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan. Hal ini terutama terjadi setelah sanksi pembekuan cadangan euro dan dolar Rusia yang disimpan di lembaga kliring Uni Eropa, menyusul eskalasi konflik Ukraina pada tahun 2022.
Berbicara kepada Fox Business tentang tujuan ekonomi dan fiskal Presiden AS Donald Trump, Bessent mengklaim bahwa tidak ada mata uang lain yang dapat menggantikan greenback. Menurutnya, “Negara-negara lain (BRICS) ini dapat membicarakannya, mereka mungkin mencoba untuk mengambil status mata uang cadangan kami, tetapi tidak ada mata uang cadangan lain di cakrawala.”
Eksistensi Dolar AS sebagai Mata Uang Utama
Meskipun BRICS telah berusaha untuk diversifikasi mata uang dalam perdagangan internasional, eksistensi dolar AS sebagai mata uang utama tetap menjadi faktor dominan. Bessent menegaskan bahwa tidak ada alternatif yang dapat menggantikan peran dolar AS dalam ekonomi global.
Reaksi Donald Trump
Pernyataan Bessent juga mencuat setelah Donald Trump memperingatkan negara-negara anggota BRICS agar tidak mengganti “dolar AS yang perkasa” sebagai mata uang cadangan. Trump menegaskan ancaman tarif 100% sebagai respons terhadap upaya penggantian dolar AS.
Respons dari Kremlin
Menanggapi pernyataan Trump, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah bahwa BRICS memiliki rencana untuk menciptakan mata uang bersama. Namun, Peskov menyoroti diskusi yang sedang berlangsung tentang platform investasi bersama untuk meningkatkan kerja sama ekonomi di antara negara-negara anggota.
Potensi Pengembangan BRICS
Lebih dari 30 negara telah mengajukan aplikasi untuk bergabung dengan BRICS, menunjukkan potensi pengembangan lebih lanjut dari kelompok negara ini. Belarusia, Bolivia, Kazakhstan, Thailand, Kuba, Uganda, Malaysia, dan Uzbekistan diperkirakan akan mendapatkan status mitra resmi BRICS tahun ini.
Secara keseluruhan, BRICS terus menjadi subjek perdebatan dalam konteks ekonomi global. Meskipun upaya untuk diversifikasi mata uang telah dilakukan, eksistensi dolar AS sebagai mata uang utama tetap menjadi faktor dominan. Bagaimanapun juga, kerja sama ekonomi antara negara-negara anggota BRICS terus berkembang, menunjukkan potensi kolaborasi yang lebih dalam di masa depan.