Pengantar
BRICS, singkatan dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, telah menjadi sorotan dalam upaya dedolarisasi selama beberapa tahun terakhir. Namun, prediksi baru menunjukkan kemungkinan berakhirnya upaya tersebut pada tahun 2025. Hal ini dipicu oleh perubahan kepemimpinan di Amerika Serikat dan hubungan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Perubahan Kepemimpinan AS
Dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS, dinamika hubungan antara AS dan Rusia dapat mengalami perubahan signifikan. Sejak pemilihan 2024, Putin telah menunjukkan ketertarikannya kembali pada dolar AS, mengindikasikan potensi berakhirnya upaya dedolarisasi oleh BRICS.
Isu Dedolarisasi Pasca Invasi Rusia ke Ukraina
Isu dedolarisasi semakin berkembang sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022. Tindakan Barat yang memberlakukan sanksi terhadap Rusia telah memperkuat kerja sama antara BRICS, terutama dalam upaya mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Namun, perubahan sikap Putin setelah Trump kembali menjabat dapat mengubah arah blok BRICS.
Kesediaan Putin untuk Berunding dengan Trump
Putin telah menyatakan kesediaannya untuk duduk bersama Trump dan membahas penyelesaian konflik di Ukraina. Meskipun masih ada persyaratan yang harus dipenuhi, langkah ini menunjukkan kemajuan dalam hubungan antara Rusia dan AS, yang dapat mempengaruhi pandangan negara-negara terhadap dedolarisasi BRICS.
Prediksi Morgan Stanley Mengenai Dolar AS
Analisis dari Morgan Stanley menunjukkan bahwa dolar AS tetap akan menjadi mata uang dominan dalam jangka waktu yang lebih lama meskipun tantangan dari BRICS. Stabilitas dolar AS selama krisis pasar dan dukungan dari perdagangan global membuatnya tetap menjadi pilihan investor dalam kondisi ketidakstabilan ekonomi.
Kesimpulan
Dengan perkembangan hubungan antara AS dan Rusia, serta prediksi dari Morgan Stanley mengenai dolar AS, upaya dedolarisasi BRICS dapat berakhir pada tahun 2025. Meskipun tantangan masih ada, dolar AS tetap menjadi pilihan utama dalam kondisi pasar yang tidak stabil.
Sumber: Sindonews