Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini ditutup menguat tipis 13 poin atau 0,08 persen, sejalan dengan sentimen global dan domestik.
Sentimen Global dan Domestik
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh sentimen eksternal, seperti spekulasi mengenai tarif perdagangan yang direncanakan oleh Presiden terpilih Donald Trump dan suku bunga AS. Selain itu, para pelaku pasar juga menunggu isyarat tentang suku bunga AS dari data inflasi utama yang akan dirilis minggu ini.
Rencana Tarif Perdagangan Trump
Tim Trump sedang merencanakan penerapan tarif perdagangan secara bertahap dalam beberapa bulan mendatang. Rencana tersebut akan melibatkan kenaikan tarif antara 2% hingga 5% setiap bulan, dengan tujuan memberi pemerintah Washington lebih banyak pengaruh dalam negosiasi perdagangan dan mencegah lonjakan inflasi yang tiba-tiba karena bea masuk.
Fokus Data Inflasi
Fokus minggu ini juga pada data inflasi indeks harga konsumen untuk bulan Desember, yang diharapkan dapat memberikan lebih banyak petunjuk tentang suku bunga. Inflasi yang tinggi dan kekuatan di pasar tenaga kerja diharapkan dapat memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi.
Sentimen Domestik
Pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,1 persen pada 2024. Data triwulan III-2024 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang solid, mencerminkan ketahanan dan daya saing ekonomi. Indikator sektor riil juga positif, seperti PMI Manufaktur, Indeks Keyakinan Konsumen, dan Indeks Penjualan Riil yang tumbuh positif.
Kesimpulan
Dengan berbagai sentimen global dan domestik yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pasar keuangan terus mengalami fluktuasi. Penting bagi para pelaku pasar untuk terus memantau perkembangan ekonomi global dan domestik agar dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.