Pendahuluan
Sayembara yang digagas oleh Menteri Perumahan dan Permukiman Maruarar Sirait, atau yang akrab disapa Ara, telah menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat. Dengan hadiah sebesar Rp8 miliar bagi siapa pun yang bisa menemukan Harun Masiku, buronan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ara menciptakan gelombang perdebatan yang panas.
Respons PDIP
Respons dari Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Deddy Yevri Sitorus, terhadap sayembara tersebut juga tak kalah menarik. Deddy menilai bahwa seharusnya KPK yang seharusnya yang memberikan protes terhadap sayembara tersebut, bukan Ara. Menurutnya, Ara telah menistakan KPK dengan menggelar sayembara tersebut.
Kontroversi
Deddy menegaskan bahwa tindakan Ara seolah-olah tidak percaya dengan kemampuan KPK dalam menangkap Harun Masiku. Ia menyebut tindakan Ara sebagai penistaan terhadap lembaga antirasuah tersebut. Dengan iming-iming hadiah besar, Ara dianggap menghasut masyarakat untuk mencari Harun Masiku, yang seharusnya menjadi tanggung jawab KPK.
Penjelasan Maruarar Sirait
Meskipun kontroversial, Ara memberikan penjelasan terkait alasan di balik sayembara tersebut. Ia mengatakan bahwa uang yang digunakan untuk hadiah tersebut berasal dari keuangan pribadinya. Ara ingin menunjukkan partisipasinya dalam memastikan tidak ada pihak yang kebal hukum di negara ini. Menurutnya, tidak seharusnya ada orang yang menjadi tersangka selama bertahun-tahun namun masih bisa bebas berkeliaran.
Kesimpulan
Dalam konteks kasus ini, terlihat bahwa sayembara yang digagas oleh Ara telah memicu perdebatan yang hangat di masyarakat. Kontroversi yang muncul menunjukkan kompleksitas dari isu penegakan hukum dan peran lembaga antirasuah. Seiring berjalannya waktu, tentu akan terus terungkap lebih banyak informasi terkait kasus Harun Masiku dan respons dari pihak terkait.